Monday 23 January 2012

PADA SIAPA LAGI RAKYAT BERHARAP


Maraknya praktek buruk para pemimpin dan politikus, baik yang sudah lama bergelut dalam dunia politik atau pun yang baru semakin membuat bangsa ini carut-marut. Akhir-akhir ini banyak bermunculan politikus muda yang konon tekadnya ingin menciptakan perubahan dan pembaharuan serta melepaskan diri dari keadaan perpolitikan yang buram. Komitmen mereka untuk meninggalkan segala praktek-praktek busuk, serta konsen dalam mensejahterakan rakyat, ternyata hanyalah bualan belakan. Janji manis politikus muda sempat menjadi harapan baru masyarakat dalam menumpukan semua cita-cita bangsa untuk mensejahterakan rakyatnya.

“Muda? Ya gak dipercaya!” kalimat ini awalnya merupakan perilaku masyarakat, bahwa mereka lebih mempercayai yang tua ketimbang yang muda dalam segala usaha atau urusan. Namun kini, pola pikir tersebut telah pudar setelah yang tua tidak lagi dapat memperjuangkan atau mengatasi persoalan-persoalan yang diamanahkan pada mereka. Mencuatnya masyarakat untuk memilih politikus muda karena para politikus muda ini memberikan harapan kepada masyarakat ketimbang tidak sama sekali. Harapan masyarakat yang digantungkan pada politikus muda, ternyata tidak membuahkan hasil, karena harapan itu hanyalah harapan “busuk”. Kita dapat belajar dari pengalaman para pemimpin bangsa kita, khususnya para politikus dan anggota legislatif yang tidak pernah mendengarkan jeritan rakyat akan kemiskinan dan kelaparan. Jeritan kemiskinan dan kelaparan ditelinga pemimpin hanyalah menjadi nyanyian sebelum tidur yang menina bobokkan mereka. Buktinya mereka tetap saja ingin terus memperkaya diri sendiri sehingga ikat pinggang mereka terputus akibat kerakusan.

            Mungkin benar bahwa negeri ini memiliki banyak pemimpin, tetapi sangat sedikit sekali pemimpin yang satu kata dalam perbuatannya. Seandainya saja ada 10 pemimpin yang satu kata dengan perbuatan mereka mungkin bangsa ini akan sejahtera. Tetapi faktanya pemimpin yang busuk jauh lebih banyak, jelas ini tidak ada keseimbangan.

            Sungguh terasa sangat suram dan menganaskan sekali nasib masa depan bangsa ini. Negara yang berlandaskan demokrasi namun seperti tidak dapat dikatakan demokratis lagi karena tidak seperti hakikat dasarnya yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat lagi. Segalanya tidak pernah kembali lagi ke rakyat melainkan ke tangan para politikus dan pemimpin  yang korup.

No comments:

Post a Comment