Maraknya praktek buruk para pemimpin dan politikus, baik
yang sudah lama bergelut dalam dunia politik atau pun yang baru semakin membuat
bangsa ini carut-marut. Akhir-akhir ini banyak bermunculan politikus muda yang konon
tekadnya ingin menciptakan perubahan dan pembaharuan serta melepaskan diri dari
keadaan perpolitikan yang buram. Komitmen mereka untuk meninggalkan segala
praktek-praktek busuk, serta konsen dalam mensejahterakan rakyat, ternyata
hanyalah bualan belakan. Janji manis politikus muda sempat menjadi harapan baru
masyarakat dalam menumpukan semua cita-cita bangsa untuk mensejahterakan
rakyatnya.
“Muda? Ya gak dipercaya!” kalimat ini awalnya
merupakan perilaku masyarakat, bahwa mereka lebih mempercayai yang tua ketimbang
yang muda dalam segala usaha atau urusan. Namun kini, pola pikir tersebut telah
pudar setelah yang tua tidak lagi dapat memperjuangkan atau mengatasi
persoalan-persoalan yang diamanahkan pada mereka. Mencuatnya masyarakat untuk
memilih politikus muda karena para politikus muda ini memberikan harapan kepada
masyarakat ketimbang tidak sama sekali. Harapan masyarakat yang digantungkan
pada politikus muda, ternyata tidak membuahkan hasil, karena harapan itu
hanyalah harapan “busuk”. Kita dapat belajar dari pengalaman para
pemimpin bangsa kita, khususnya para politikus dan anggota legislatif yang
tidak pernah mendengarkan jeritan rakyat akan kemiskinan dan kelaparan. Jeritan
kemiskinan dan kelaparan ditelinga pemimpin hanyalah menjadi nyanyian sebelum
tidur yang menina bobokkan mereka. Buktinya mereka tetap saja ingin terus
memperkaya diri sendiri sehingga ikat pinggang mereka terputus akibat
kerakusan.
Mungkin
benar bahwa negeri ini memiliki banyak pemimpin, tetapi sangat sedikit sekali
pemimpin yang satu kata dalam perbuatannya. Seandainya saja ada 10 pemimpin
yang satu kata dengan perbuatan mereka mungkin bangsa ini akan sejahtera.
Tetapi faktanya pemimpin yang busuk jauh lebih banyak, jelas ini tidak ada
keseimbangan.
Sungguh
terasa sangat suram dan menganaskan sekali nasib masa depan bangsa ini. Negara
yang berlandaskan demokrasi namun seperti tidak dapat dikatakan demokratis lagi
karena tidak seperti hakikat dasarnya yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat dan untuk rakyat lagi. Segalanya tidak pernah kembali lagi ke rakyat
melainkan ke tangan para politikus dan pemimpin
yang korup.
No comments:
Post a Comment