PROPOSAL KELAYAKAN USAHA
JAMUR TIRAM
Proposal Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Akhir
Mata Kuliah
Entrepreneurship
Dosen Pengampu
Hariyono, M.Si
Tahun Akademik
2013/2014
Disusun Oleh:
Nur Muhabibudin
10.01.0044
PRODI
PAI
JURUSAN
TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
SANGATTA
KUTAI
TIMUR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Berangkat dari niat untuk mendalami
dunia usaha yang terbuka lebar serta keinginan untuk memberikan manfaat yang
lebih besar bagi masyarakat maka dengan segenap pengalaman, pengetahuan, dan
berbagai hasil survey serta konsultasi, penulis menyusun proposal pengembangan
usaha jamur tiram ini. Pengembangan usaha ini dipilih atas beberapa
pertimbangan diantaranya daya serap pasar yang masih sangat tinggi dan
potensial, kebutuhan skill yang tidak begitu tinggi, biaya investasi yang relatif
rendah serta telah tersedianya sarana dan prasarana utama sehingga investasi
yang masuk akan dialokasikan untuk dana operasional usaha.
Budidaya jamur tiram putih yang
bernama latin Pleurotus ostreatus ini masih tergolong baru. Di Indonesia
budidaya jamur tiram akan
dirintis oleh penulis pada tahun 2013 dengan
langkah awal mengajukan badan hokum usaha berupa CV.
Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu
jamur kayu yang sangat baik untuk dikonsumsi manusia. Selain karena memiliki
cita rasa yang khas, jamur tiram juga memiliki nilai gizi yang tinggi. Jamur
tiram mengandung protein sebanyak 19 – 35 % dari berat kering jamur, dan
karbohidrat sebanyak 46,6 – 81,8 %. Selain itu jamur tiram mengandung
tiamin atau vit. B1, riboflavin atau vit. B2, niasin, biotin serta beberapa
garam mineral dari unsur-unsur Ca, P, Fe, Na, dan K dalam komposisi yang
seimbang. Bila dibandingkan dengan daging ayam yang kandungan proteinnya 18,2
gram, lemaknya 25,0 gram, namun karbohidratnya 0,0 gram, maka kandungan gizi
jamur masih lebih lengkap sehingga tidak salah apabila dikatakan jamur
merupakan bahan pangan masa depan.
Jamur tiram juga bermanfaat dalam pengobatan, seperti :
1. Dapat menurunkan tingkat kolesterol
dalam darah.
2. Memiliki kandungan serat mulai 7,4 %
sampai 24,6% yang sangat baik bagi pencernaan.
3. Antitumor, antioksidan, dll.
Budidaya jamur tiram memiliki prospek ekonomi yang
baik. Jamur tiram merupakan salah satu produk komersial dan dapat dikembangkan
dengan teknik yang sederhana. Selain itu, konsumsi masyarakat akan jamur tiram
cukup tinggi, sehingga produksi jamur tiram mutlak diperlukan dalam skala
besar.
Jamur tiram tumbuh pada serbuk kayu, khususnya yang memiliki
serat lunak seperti jenis kayu albasiah. Suhu optimum untuk pertumbuhan tubuh
buah jamur tiram adalah 20 – 28°C, dengan kelembaban 80 – 90 %. Pertumbuhan
jamur tiram membutuhkan cahaya matahari tidak langsung, aliran udara yang baik,
dan tempat yang bersih.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Analisis Pasar
Produk jamur tiram yang dihasilkan
berupa :
1.
Jamur Tiram segar
2.
Produk turunan Jamur Tiram seperti
kripik jamur, jamur goreng tepung, jamur siap masak dalam kemasan plastik, dll.
Rencana
Usaha budidaya jamur tiram memiliki pasar yang jelas. Hampir
semua petani jamur tiram memiliki hubungan dengan pedagang yang siap menerima
hasil produksi jamur tiram dari petani dengan harga yang cukup tinggi bila
dibandingkan dengan tanaman sayuran lainnya. Hal ini diperkuat dengan beberapa
alasan sebagai berikut:
1. Permintaan
jamur tiram di daerah Kutai
Timur dan sekitarnya sudah mulai banyak. Adapun produksi jamur tiram baru beberapa saja di daerah ini. Ini
berarti terdapat gap yang sedikitnya dapat diisi dalam rencana budidaya jamur
tiram ini.
2. Pasar jamur
tiram saat ini telah meluas di sekitar Jawa hingga kalimantan sehingga diperlukan produksi jamur
tiram dalam skala besar.
3. Masyarakat
semakin sadar pentingnya mengkonsumsi jamur untuk tujuan kesehatan.
4. Jamur saat
ini dikonsumsi sebagai pengganti daging selain dari beralihnya pola makan
masyarakat kepada bahan pangan organik.
Target ‘market’ usaha ini adalah konsumen jamur dari
‘house need’ sehingga kebutuhan akan jamur tiram masih tergolong tinggi dan
pemenuhannya masih terbatas pada pasar tradisional pada umumnya dan beberapa
‘retail’ pada beberapa kota besar.
Sementara itu kecenderungan pasar akan jamur tiram
masih tergolongkan pada secondary goods, namun permintaan pasar masih tinggi.
Sebaliknya pada segmen hotel dan restoran yang kebutuhan akan jamur tiramnya
cukup tinggi ‘suppliers’ jamur tiram masih minim dan masih sangat dibutuhkan.
Kecenderungan dari hotel dan restoran yang paling
penting untuk disikapi adalah pelayanan akan faktor ‘satisfaction’ penyediaan
barang, mulai dari ketepatan waktu, jenis pambayaran, layanan purna jual, dan
yang paling utama penurunan harga jual.
Rencananya,
pada tahun-tahun awal, pemasaran produk difokuskan pada pasar
domestik, ‘traditional market’, dan ‘house need’.
Produk jamur segar yang dihasilkan
akan dipasarkan ke / melalui :
1. Agen baik
dalam skala besar maupun kecil, yang selanjutnya akan dikirim ke berbagai
wilayah Indramayu dan
sekitarnya maupun luar Indramayu.
2. Pasar Tradisional Indramayu dan
sekitarnya. Sebagai gambaran, permintaan pasar induk seperti pasar baru atas produk
jamur tiram ini sangat tinggi sehingga untuk skala produksi yang direncanakan
dalam proposal ini pemasarannya sudah cukup melalui pasar induk.
3. Pasar
swalayan, restoran, dan hotel. Pemasaran direncanakan akan dilaksanakan melalui
sektor tersebut apabila produksi telah stabil serta sarana dan prasarana telah
memadai..
B.
Proyeksi Pengembangan Usaha
Usaha ini diorientasikan sebagai usaha kecil menurut
banyak pakar ekonomi, namun usaha tersebut dipandang sebagai tulang punggung
dalam salah satu pemulihan ekonomi Indonesia. Untuk itu pengembangan budidaya
jamur ini akan dibagi dalam tiga tahap, yaitu: tahap industri kecil awal, tahap
industri kecil lanjut, dan tahap industri menengah. Penjelasan mengenai ketiga
tahap industri tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Tahap Industri Kecil Awal
a. Tahap ini
merupakan langkah awal menuju terbentuknya industri padat karya yang kuat dan
kokoh
b. Menerapkan
standar produksi yang tepat untuk mengoptimalkan hasil budidaya jamur.
c. Penyempurnaan
sistem produksi, keuangan dan distribusi.
d. Penambahan
tenaga kerja.
e. Pencarian
investor
Tahap industri kecil awal ini merupakan jembatan
menuju berdirinya industri kecil yang kokoh. Investasi yang dibutuhkan untuk
tahap industri kecil awal diperkirakan berkisar antara 25 hingga 100 juta
rupiah.
2. Tahap
Industri Kecil Lanjut
Tahap ini merupakan pengembangan dari tahap industri
kecil awal. Setelah kebutuhan dana mencukupi, dan seluruh kekurangan telah
dapat diatasi, maka dimulailah industri kecil lanjut yang ditargetkan untuk
memiliki perijinan dan pembentukan badan usaha. Industri ini diharapkan mampu
menyerap banyak tenaga kerja, mulai dari pekerja kasar di bagian produksi
hingga profesional di bidang pemasaran, R & D dan administrasi.
Tahap industri kecil lanjut ini merupakan jembatan
menuju berdirinya industri menengah nasional yang produksinya diperkirakan
mencapai sedikitnya 100.000 baglog produksi per musim. Tahap industri
kecil lanjut itu sendiri diharapkan mampu memproduksi hingga 9 ton per bulan.
Investasi yang dibutuhkan untuk tahap industri kecil lanjut ini diperkirakan
berkisar antara 150 hingga 200 juta rupiah.
3.
Tahap Industri Menengah Nasional
Secara umum, tahap industri menengah adalah perluasan
dari industri kecil, mulai dari sistem, kapasitas produksi hingga ekspansi
distribusinya. Tidak tertutup kemungkinan untuk melakukan ekspor. Tahap ini
diharapkan mampu menyerap sedikitnya 50 tenaga kerja. Investasi yang diperlukan
masih dalam analisis.
C.
Lokasi
Produksi
Rencana
usaha budidaya jamur tiram ini akan didirikan diatas tanah seluas kurang lebih 20
meter2 milik penulis sendiri, dengan mengandalkan lapangan (lahan)
kosong belakang rumah yang sangat cocok sebagai tempat bududaya jamur ini.
D.
Kapasitas Produksi
Diperkirakan dalam tahap awal memproduksi sekitar 4.000 baglog. Produksi
dilakukan 4 kali dalam seminggu, satu minggu dihasilkan rata-rata 1200 baglog
produksi.
Investasi awal yang dibutuhkan adalah sebesar 30 – 100
juta rupiah. Investasi diperoleh dari beberapa investor.
Sebagai gambaran, sarana dan prasarana utama seperti
bangunan kumbung dan kelengkapannya dalam pengembangan usaha ini telah tersedia
sehingga investasi yang ada akan difokuskan untuk biaya operasional usaha.
Adapun
peralatan yang digunakan adalah :
1.
rak kumbung jamur
2.
rak jamur
E.
Rencana
Manajemen Perusahaan
Struktur kepengurusan dibuat sesederhana mungkin
sehingga selama tahap industri rumah tangga, tiap pengurus memegang jabatan
rangkap. Susunan kepengurusannya adalah sebagai berikut :
1. Satu orang
Manajer Utama merangkap Manager Pemasaran bertugas mengelola perusahaan secara
umum. Sebagai seorang Manager Pemasaran, ia pun bertugas membuka pasar,
melakukan negosiasi bisnis dan memastikan produk dipasarkan dengan baik dan
sampai ke konsumen tanpa masalah.
2. Satu orang
Manajer Operasional Harian merangkap Manager Produksi. Direktur Operasional dan
Manajer Produksi bertanggung jawab terhadap kelancaran produksi secara
keseluruhan, melakukan pengembangan bibit, memastikan produk berada dalam
kondisi baik.
3. Satu orang
Manajer Keuangan. Manajer Keuangan bertugas melakukan analisis keuangan dan
memiliki pertanggungjawaban penuh pada pengaturan arus pengembalian modal dan
pembagian keuntungan pada investor. Bersama dengan manajer lainnya juga
berkordinasi dalam melakukan pengembangan dan ekspansi skala produksi secara bertahap.
4. Susunan
kepengurusan akan disempurnakan dengan penambahan pengurus baru dan tidak ada
lagi jabatan rangkap. Divisi produksi akan diorientasikan sebagai divisi padat
karya, sehingga mampu menyerap banyak tenaga kerja. Tenaga kerja terlatih akan
direkrut dari lulusan yang cakap dan ulet, dan tenaga pemasaran akan ditambah
sesuai dengan kapasitas produksi berjalan.
F.
Analisis
Biaya dan Pendapatan
1. (Skala Produksi 18000 log)
a. Modal tetap
modal tetap usaha jamur
Rp. 5.000.000
b. Biaya Penyusutan
Nilai ekonomis lahan dan
peralatan : 2 tahun
Rp.
5.000.000 : 4 = Rp. 1.250.000
c.
Modal kerja (Biaya operasional)
-
Bahan baku untuk 18000 log
biaya operasional usaha jamur
Rp. 18.395.000
-Gaji
pegawai
Jumlah total per
musim =
Rp.3.000.000,00
-Utilitas
Rp. 250.000
d.
Total
Modal = Modal tetap +modal Kerja
= Rp. 5.000.000 + Rp. 18.395.000 +
Rp. 3.000.000 + Rp. 250.000
= Rp. 26.645.000
*Pendapatan kotor
Asumsi produksi jamur (kegagalan
20%) = 14.400 log x 0,5 kg = 7.200 kg
7.200
kg @ 5000 = Rp. 36.000.000
* Biaya Produksi = Biaya penyusutan
+ modal kerja
=
Rp. 1.250.000 + 18.395.000 + Rp. 3.000.000 + Rp. 250.000
=
Rp. 22.895.000
* Pendapatan
bersih (Net Profit) =
pendapatan kotor – biaya produksi
=
Rp. 36.000.000 – Rp. 22.895.000
=
Rp. 13.105.000
B. Break Event Point
BEP
Produksi = Total biaya produksi / harga satuan
=
22.895.000 / 5000
=
4579 kg
Artinya budidaya jamur tiram tidak mendapat untung dan juga
tidak mengalami kerugian bila jumlah produksi sebesar 4579 kg
BEP
Harga = Total biaya produksi / jumlah produksi
=
22.895.000 / 7200
=
Rp. 3179,86
Artinya usaha ini tidak mendapatkan untung dan juga tidak
mengalami kerugian bila harga jual Rp. 3179,86 per kilo
C.
Benefit Cost Ratio
BC
Ratio
= Rp. 13.105.000 / Rp. 26.645.000
=
0,5
Artinya pendapatan bersih yang diperoleh dalam usaha
pembibitan bibit jamur adalah 0,5 di atas total biaya.
D.
Masa Pengembalian Modal
Masa
pengembalian modal = Rp. 13.105.000 + Rp.
1.250.000 x 100%
Rp.26.645.000
=
53,88 %
E.
Pembagian keuntungan
Pembagian
keuntungan bersih direncanakan adalah sebagai berikut:
Kepentingan
sosial
: 5% (zakat 2,5% + kepentingan sosial 2,5%)
profit
Pengembangan
usaha
: 25 % profit
Pengelola
: 20 % profit
Dividen
investor
: 50 % profit (20% profit share ;
30% pengembalian
BAB III
PENUTUP
Jenis usaha yang akan didirikan
adalah Budidaya jamurtiram putih yang nilai
gizinya sangat baikuntuk masyarakat. Peuang usaha ini dapat dilihat dari
kesadaran masyarakat dalam mengkonsumsi makanan yang bernilai gizi tinggi serta
semakin meluasnya pasar jamur di indonesia.
Dengan analisis sasaran pemasaran yang jelas, proses
produksi yang tidak rumit serta pembuatan badan hukum usaha, maka rencana
usaha ini bisa dianggap menembus pasar produksi bahkan sampai ke pasar
internasiona.
Keuntungan ekonomis dan nilai gizi merupakan faktor utama
yang dicari baik dari pihak penulis selaku produsen maupun bagi konsumen secara
umum. Namun dengan perkiraan keuntungan finansial yang penulis dapatkan seperti
dijelaskan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan usaha ini dapat memenuhi
kebutuhan usaha itu sendiri serta menambah perhasilan bagi produsen sehingga
usaha bududaya jamur tiram putih ini dapat dikatakan layak untuk dijalankan.
No comments:
Post a Comment