Sunday 15 December 2013

Vania yang menghianati


“Bukankah kita sudah bertunangan Vania?”

Kalimat ini selalu mendengung dalam pikiranku manakala aku tak bisa menerima kenyataan bahwa dia telah bermain dibelakangku dengan pemain lama, orang yang tak ingin kudengar namanya. Aku sadar masalah lama dengannya memang belum usai, tentang bagaimana perasaan mereka berdua yang memang tlah lama saling mengungkapkan perasaan. Aku kecewa pada Vania bukan hanya karena aku yang dikecewakan untuk kesekian kalinya. Tapi kali ini entah apa dia berfikir tentang status tunangan itu. Bukankah itu sudah menyangkut 2 keluarga, keluarganya dan juga keluargaku. 
Entahlah apa yang sebenarnya dipikirkannya. Balas dendamkah itu, berlebihankah dia membalas dendam padaku yang nyatanya aku tak sampai sekejam itu.

Dalam hati aku tak akan pernah melupakan ini, segala sakit dan kekacauan ini. Terlebih apa dia pernah berfikir bahwa aku disini berjuang susah payah untuk dirinya. Untuk bisa mewujudkan impian kami dulu. Namun harus kusadari itu percuma, untuk apa menyesal. Toh yang salah dia, yang dosa dia karena menghianati janj suci kami. Menghianati kepercayaanku, orang tuannya dan orang tuaku. Entah apa pernah berfikir demikian hingga masyarakat akan berkata seperti apa terhadapnya.

Dan aku pasrahkan pada Allah, jika ini jalan yang terbaik dariNya akan kuterima dan kuikhlaskan dirinya dengan orang lain. Mungkin dia memang bukan jodohku. Aku masih bersyukur untung masih sampai disini kalau sampai menikah apa aku masih bisa kuat. Mungkin tanpa pikir panjang akan kuakhiri hidupku saja. Tidak usah banyak berspekulasi lihat kenyataan dan teguran ini aku sadar bahwa manusia tak ada yang sempurna, yang jahat bisa jadi sangat baik dan yang sangat baik bisa jadi berubah menjadi sangat jahat.

No comments:

Post a Comment