Sunday 1 September 2013

Ketika Penguasa Lupa Akan Tanggung Jawab


Kehidupan itu tidak semudah yang di bayangkan. Hidup itu harus penuh perjuangan dan kerja keras. Hidup tanpa perjuangan dan kerja yang keras akan terasa mati dan tak berguna. Begitulah nasib rakyat Indonesia yang ingin terlepas dari belenggu kemiskinan, kehinaan dan keterbelakangan. Terkadang terbesit di benak rakyat yang miskin ini, bagaimana cara rakyat inidonesia agar dapat terlepas dari belenggu tersebut. Belenggu yang benar-benar mengiris hati dan meninggalkan sejuta kenangan buruk dalam kehidupan. Sebenarnya dimana letak hati nurani para pemimpin bangsa ini, yang seakan tutup mata melihat bangsa yang semakin semprawut. Fenomena kesengsaraan rakyat seperti meningkatnya jumlah angka kemiskinan. ANgka kemiskina  yang semakin meningkat. Anak-anak kian banyak yang putus sekolah dan semaki meraja lela. Dimana pemerintah bangsa ini? Apakah mereka tidak bisa sedikit merasakan penderitaan anak negeri ini?

            Dahulu Indonesia disegani, bahkan dijuluki macan ASIA. Kemana julukan itu? Dimana jiwa patriotism dan nasionalisme kita saat ini? Bagaimana nasib negeri ini jika dipimpin oleh pemimpin yang memiliki moral dan akhlak yang baik. Kapan negeri ini bisa kembali seperti dulu yang para pejabatnya jujur, damai, terbuka dan adil. Kepemimpinan para pejabat di mas kini, jikalau difikir secara logika mereka hanya menginginkan uang. Bagi mereka uang adalah segalanya. Sehingga yang kaya akan semakin kaya dan semakin merendahkan kaum miskin. Kemudian yang miskin semakin miskin yang akan selalu direndahkan.


            Korupsi terjadi dimana-mana, koruptor seakan tak punya malu dan herannya lagi sudah jelas-jelas tersangka korupsi masih saja dibela oleh Negara. Uang Negara digelapkan hingga milyaran rupiah. Uang untuk kesejahteraan rakyat dimakan dengan lahapnya oleh pemimpin yang tidak tahu diri. Di zaman kuno kemiskinan adalah milik bersama, makmur dan kaya bersama. Namun mengapa berbeda sekali dengan sekarang ini. Bukankah Negara ini terbentuk oleh kekuatan rakyatnya. Bukankah para pemimpin dan partai politik itu sejak zaman pergerakan nasional tanpa dukungan rakyat tidak ada apa-apanya. Namun sekarang uanglah yang berbicara.

            Rakyat adalah alasan mengapa Negara ini ada. Melihat bagaimana keadaan rakyat bangsa ini sekarang. SIapa yang akan melindungi mereka? Melindungi rakyat miskin. Kemana si miskin harus mengadu kalau pemerintah tidak perduli lagi dengan keberadaan mereka. Banyak dari mereka yang lari ke luar negeri untuk menjual tenaga mereka sebagai TKI. Tidak sedikit keuntungan Negara ini yang diperoleh dari devisa dan kerja keras mereka ini. Banyak dari mereka yang pulang dengan sukses, membawa hasil jerih kerja keras mereka, namun tak jarang banyak dari para TKI ini yang tidak dapat kembali ke tanah air, bahkan ada sebagian dari mereka yang pulang dengan nama tanpa jasad. Sungguh miris, kerja keras mereka yang sedikit Negara ini ikut menikmati namun penderitaan mereka seakan tak dianggap.

            Harapan dan impian anak bangsa yang tinggi seakan menjadi mimpi yang manis bagi mereka, menjadi semangat dan dorongan bagi mereka agar nantinya bisa sukses. Namun palah daya impian tinggalan hanya sebuah bunga tidur yang menghiasi mimpi mereka. Semuanya hanya sekejap ketika mereka harus dihadapkan kepada kemiskinan yang membuat mereka tertinggal dengan si anak kaya. Tak ada biaya untuk bersekolah dan mencari ilmu serta mencurahkan segenap keilmuan untuk meraih impian mereka. Sungguh memprihatinkan nasib anak dalam negeri ini.

            Seperti inilah gambaran kepedihan orang-orang miskin di negeri yang konon kaya raya ini. Mereka sekakan tak dianggap oleh wakil-wakil mereka di pemerintahan, yang ada hanyalah uang dan uang bagi para pejabat itu. Tak sedikit pula karena desakkan ekonomi dan persaingan untuk terlihat lebih kaya mereka korupsi dan memakan uang rakyat. Nasib rakyat kiat terhimpit, bahkan untuk mencari makan tidak sedikit dari rakyat miskin menjadi gelap mata dengan mencuri dan melakukan tindakan-tindakan kriminal.

            Andaikan kepemimpinan para pejabat Negara saat ini bisa meniru kepemimpinan Rosulullah dan para sahabat-sahabatnya mungkin tidak ada lagi jarak pemisah antara si kaya dan si miskin. Rakyat akan mendapat hak mereka dengan baik. Mencari pemimpin yang rela menolong dan ikhlas memperjuangkan kepentingan rakyat, seperti mencari jarum diantara tumpukan jerami. Betapa susahnya bukan??

No comments:

Post a Comment