Monday 28 October 2013

Pemuda sebagai Agen Perubahan


Berikan aku sepuluh orang pemuda maka akan ku goncang dunia. Barangkali pernyataan Bung Karno itu benar adanya. Pemuda memiliki agresifitas lebih tinggi dibanding kaum tua. Pemuda memiliki kesempatan lebih bayak untuk belajar. Pemuda memiliki potensi lebih besar untuk dapat dikembangkan.

Pemuda selalu berperan penting dalam sejarah perjuangan bangsa. Mulai dari Sumpah Pemuda 1928 yang sampai sekarang masih kita peringati sebagai tonggak sejarah perjalanan bangsa, samapai peristiwa Rengas Dengklok yang mengantarkan kita mencapai kemerdekaan. Tak sampai disitu saja pemuda Indonesia juga ikut andil dalam setiap jatuh dan terbitnya orde rezim di Indonesia.

Pemuda memiliki potensi yang besar sebagai agen perubahan. Istilah perubahan yang kita harapkan adalah perubahan menuju suatu arah yang lebih baik. Namun pada kenyataannya para pemuda pada zaman sekarang lebih senang bersikap apatis dan tidak peduli terhadap masalah sosial. Jika ditanya masalah politik, dengan malas mereka hanya menjawab “Ah buang-buang waktu saja”. Kenyataan ini memberikan contoh riil bahwa virus hedonisme, yaitu gaya hidup yang bercirikan pengumbaran kebebasan dan pemujaan kesenangan dalam konteks negatif  telah menjangkiti pemuda Indonesia. Gaya hidup ini cenderung menjadikan pemuda cuek dengan masalah sosial di sekelilingnya. Jika hal ini terus dibiarkan maka yang akan terjadi adalah pesimisme masyarakat kepada pemuda yang selama ini diharapkan dapat mengubah nasib bangsa.


Mengutip pernyataan Zaini Muslim Ahmad “Semangat muda hendaknya dibarengi dengan sikap idealisme dan pemahaman agama yang baik. Pemuda-pemuda yang selama ini menggemparkan sejarah adalahbagai lokomotif dengan relnya. Sedangkan korelasi pemuda dengan pemahaman agama adalah mengenai keselamatan mencapai tujuan.”

Ia mengasosiasikan pemuda sebagai lokomotif, filosofinya pemuda sebagai penarik gerbong-gerbong, dalam hal ini gerbong adalah rakyat, jadi singkatnya, pemuda sebagai penarik rakyat menuju tujuannya yakni kesejahteraan sosial. Sedangkan idealisme adalah rel, tanpa rel, lokomotif tidak bisa berjalan. Pemahaman agama yang baik dapat dijadikan sebagai bekal untuk menghadapi arus globalisasi dewasa ini.

Dengan momen sumpah pemuda yang mengusung semangat persatuan ini, kita bisa jadikan acuan untuk bersatu membangun bangsa. Tidak cukup dengan upacara peringatan saja, namun kesadaran untuk benar-benar melaksanakan isi dari sumpah pemuda itu jauh lebih penting. Kita dapat melakukan hal apa saja yang ingin kita lakukan untuk memajukan bagsa. Setidaknya dari yang kecil. Sebuah lompatan kecil seseorang mampu mengubah sejarah kehidupan muka bumi. *el ikhlassy

1 comment:

  1. Hayoo... kalo ngga dicantumin nama penulisnya bisa jadi plagiat lo :p

    ReplyDelete